Konsep Pemasaran Pasca COVID Pandemi

Dengan lewatnya pandemi COVID-19 bagaimana dampak selanjutnya pada Kegiatan Sales dan Marketing?

Bagaimana membuat perusahaan dapat tumbuh dengan cepat?

Bagaimana Pemasaran dapat didefinisi ulang pasca Pandemi?

Dari pengamatan beberapa bulan terakhir ada 10 cara untuk menghadapi tantangan pemasaran yang setidaknya memberi ide aturan kegiatan pemasaran baru selama ini.

1. Pandangan lama: Pemasaran dimulai dengan memahami pelanggan
     Konsep baru: Pemasaran dimulai dari memahami segmen pasar

        Pandemi telah memaksa kita untuk memahami brand harus ‘berkomunikasi’ dengan pelanggan tertentu  dengane presisi yang tepat diarahkan ke pelanggan dalam lingkungan yang tepat serta apa yang relevan terhadap pelanggan.

Membuat hubungan pribadi dan hubungan manusia dalam pesan komersial memerlukan kajian mendalam di dalam hal segmentasi pasar, dimensi yang lebih luas tentang perilaku pembelian- mulai dari psikografik sampai karakteristik sikap pembelian.

Dari hasil survai EY Future Consumer Index yang melibatkan 14.500 orang di 20 negara ada 5 hal  untuk menyiapkan petimbangan penting:

  1. Kemampuan membeli 32 %
  2. Kesehatan diutamakan 25%
  3. Lingkungan 16%
  4. Kepentingan masyarakat 15%
  5. Berdasarkan pengalaman 12%

Dengan mengunakan segmentasi pelanggan dan pribadi maka kita akan mendapatkan insight yang lebih mendalam  untuk straregi media serta pendekatan pemasanan yang kreatif!

2.  Pandangan lama: Kita bersaing dengan pesaing kita
       Konsep batu: Kita bersaing  dengan pengalaman dari pelanggan terbaik yang mutakhir.

        Harapan pelanggan sebenarnya sudah berubah jauh sebelum Pandemi. Generasi Z tumbuh dengan  teknologi tanpa batas dalam kesehariannya.

        Pelanggan mengharapakan pengalaman yang meloncat jauh dengan pengalaman digital.

        Perusahaan perlu menyikapinya dengan:

  1. Membuat skor brand dalam KPI
  2. Penggunaan dasar teknologi dan data pelanggan yang tepat
  3. Memadukan individu dan sasaran kolektif dengan pelanggan sehingga putusnya kegiatan  penjualan,  pemasaran, layanan pelanggan tidak terasa

 

3.    Pandangan lama: Pelanggan berharap kita memahami kebutuhan mereka
        Konsep baru:  Pelanggan berharap kita tahu persis apa yang mereka harapkan

        Harus kita pahami maka sebernarnya ada nilai baru dalam pengalaman di dalam B2C dan B2B. Pelanggan saat ini mengaharapkan tidak ada friksi, relevan dan selalu terhubungi.

        Sederhananya pelanggan ingin mendapatkan apa yang meraka mau saat mereka perlu.

        Untuk menciptakan pengalaman perlu 4 C.

  1. Content, isi pesan pemasaran
  2. Commerce, pengalaman komersial mis retail, e comerce, kepedulian lingkungan
  3. Community mis. konvensi, trade show
  4. Convenience mis. memberi kupon, menawarkan loyalty program

 

4. Pandangan lama: Pendekatan pelanggan melalui pendataan
     Konsep baru:  Pendekatan  pelanggan melalui pendataan online

Sekaran g terjadi pergeseran dari  pemasaran brand untuk mencapai cakupan pelanggan, sekarang  pemasaran penampilan (performance marketing ) agar memimpin pasar.

Performance Marketing mendorong Customer Relationship Management (CRM) lebih dekat ke  personal, dengan e marketing.

5. Pandangan lama: Pelanggan harus tercakup dalam inti strategi pemasaran
     Konsep baru:  Pelanggan harus berada di jantungnya perkembangan pelanggan

Konsep pelanggan itu merupakan pusat pemasaran bukan hal baru!

Akan tetapi hubungan dengan pelanggan seringkali terputus karena faktor politik, organisasi, teknologi dan geografi.

Pertanyaannya, bagaimana kita dapat mendeteksi putusnya hubungan dengan pelanggan?

Disinilah sebenarnya pentingnya peran customer relations!  Kita memiliki Customer Relations serta call centers yang seharusnya lebih intens untuk memonitor  situasi pelanggan.

6. Pandangan lama: Inti pemasaran Hubungan pribadi
     Konsep baru: Hubungan pribadi adalah segalanya

Kita semua paham bahwa hubungan baik dengan pelanggan penting dan ini berdasarkan kepercayaan (trust).

Iklan misalnya, menyampaikan janji brand, dari janji brand akan turun ke produk, layanan pelanggan  dan pengalaman pelanggan yang akan membuktikan janji iklan brand tadi.

Pada pandemi pelanggan mempunyai perspektif yang berbeda. Perusahaan yang memiliki hubungan baik, utamanya untuk B2B dapat mempertahankan revenue, dengan penekanan pada hubungan baik sebelumnya.

Untuk produk baru penekanannya pada  solusi masalah bukan sekedar manfaat brand.

Untuk kedua hal diatas maka kepercayaan dan integritas perusahaan memegang peran penting.

Untuk pemasar yang dominan di B2B perlu memikirkan personil yang dapat menangani hubungan dengan pelanggan secara online.  Kepercayaan terbentuk dari  mendengarkan kebutuhan pelanggan dan menciptakan solusi dari kebutuhan tersebut.

Dalam konteks B2B, peran kepercayaan amatlah penting,  ini merupakan dasar dari pertukaran value antara perusahaan dan pelanggan. Disini pentingnya data pribadi pelanggan, namun harus lebih hati2 perlu adanya persetujuan dari pelanggan.

Bila semuanya  jelas/fair maka hubungan antara perusahaan dan pelanggan akan lebih kuat, trust lebih kuat.

7.  Pandangan lama: Kegesitan adalah proses teknologi
     Konsep baru: Kegesitan merupakan pendekatan pemasaran modern

Pandemi menimbulkan krisis besar pada iklan dan PR.

Coba bayangkan konsep iklan yan menayangkan kebersamaan tiba2 orangnya harus melakukan social distancing.

Untungnya krisi s ini justru mendorong  pola pikir pemasaran yang gesit  dan nampaknya ini sifatnya permanen.  Disini termasuk antara lain, mendengarkan pelanggan secara kontinyu, intuisi tentang demand. Ini tidak terbatas untuk manfaat pemasaaran saja tetapi upaya keseluruhan perusahaan untuk menangkap sentimen pelanggan.

Ini berarti pengambilan keputusan yang cepat,  lebih fleksibel pada hal-hal kreatif, budgeting  dan media.

8. Pandangan lama: Brand harus berada di belakang produk yang besar
     Konsep baru: Brand harus berada dibelakang value produk yang besar

Pandemi dampaknya luar biasa terhadap loyalitas brand, dari hasil survai, 61% pelanggan lebih mudah untuk pindah brand dan cenderung mencoba white label, ekivalen dengan generik. Harga menjadi pertimbangan utama.

Di sini justru ada peluang perusahaan untuk berkomunikasi ke  pelanggan yang lebih luas dengan menekankan pentingnya  brand value dan diferensiasi pada masa pasca pandemic

9.  Pandangan lama: Kita perlu tim teknik agar berhasil di dalam pemasaran
Konsep baru:  Kita perlu faktor-faktor yang seimbang termasuk teknologi untuk mengendalikan keberhasilan pemasaran modern

        Teknologi dalam marketing dan iklan yang berkembang membuahkan perubahan pemasaran. Akan tetapi dalam pandemi ibaratnya kita memiliki mobil Ferrari tetapi terpaksa  jalan dengan kecepatan 40 km/jam!

        Andalan teknologi ternyata harus disesuaikan dengan  kemampuan manusia dengan kasus yang tepat dan pendekatan yang tepat.

        Kemampuan manusia barangkali yang terpenting,  Kemampuan manusia mencakup pemanfaatan data dan  teknologi dengan efektif  yang dapat diukur untuk melakukan inovasi dan sukses di dalam pemasaran modern.

10. Pandangan lama: Pemasaran merupakan faktor utama untuk pertumbuhan 
     Konsep baru: Pemasaran berada pada agenda pusat pertumbuhan

Pemasaran merupakan cost center yang pada hakeketnya untuk mendapatkan hasil  peningkatan ROI.

Dalam situasi genting ada semacam kompromi, namun akhirnya bisa terjadi pemotongan budget.

Dalam masa pandemi peran pemasaran berubah  ke digital transformation untuk mengelola perkembangan pelanggan dan menden garkan suara pelanggan. Tanpa mengikuti perubahan pasar maka kita tidak dapat mengatasi ancaman dan memanfaatkan peluang untuk masa depan yang lebih baik.

Pandemi telah mendorong terbentuknya kultur  kepemimpinan kolaboratif agar perusahaan dapat bertahan.

Sekarang ini pemasaran  mendapat peran sentral di dalam memimpin dialog yang mendorong perkembangan perusahaan secara luas dan  mengelola agenda inovasi.

Seni dan ilmu

Sebagai pemasar. kita dituntut untuk bisa meramu seni dan ilmu.

Kita harus dapat mencapai keseimbangan antara manusia dan otomatisasi mesin dengan analisa masa depan yang lebih akurat serta  penggunaan AI yang seimbang.

Kita menggunakan data untuk membuat narasi pemasaran untuk mendorong hubungan antar manusia yang bermakna. Kita harus menarik garis yang jelas  antara pemasaran brand dan pemasaran penampilan.

Dan kita harus tahu apa yang harus difokuskan dan disampaikan.

Kenyataannya, pemasaran yang baru ini mengharuskan kita menekankan perpaduan antara pemasaran, operasional dan teknologi untuk pengembangan usaha pada pasca Pandemi.

Untuk perusahaan yang lebih familiar dengan cara pemasaran yang lama, perlu waktu untuk penyesuaian.

Prioritas utama kita sekarang perspektif pelanggan, saat ini, masa depan dan seterusnya diatas segalanya.

 dari artikel Janet Balis EY Consultant di Harvard Busisness Review March 2021.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *